Sistem sekolah yang menggunakan
konsep fullday school adalah dimana
mereka menggabungkan antara waktu belajar dan waktu bermain anak di sekolah
selama 5 hari per minggu, dan pada hari saptu disisipkan untuk exstra kulikuler.
Berbeda dengan konsep sekolah reguler biasa yang menggunakan 6 hari sebagai
hari evektif dan menggunakan hari minggu sebagai hari untuk exstrakurikuler.
B.
Penerapan
sistem fullday school
Fullday school harus memperhatikan juga jenjang dan
jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di
sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa di
Indonesia jenjang pendidikan formal dibagi menjadi :
·
Padu
(pendidikan usia dini) / Play Group, diperuntukkan bagi anak-anak usia dini
yaitu 3-4 tahun;
·
TK
(Taman Kanak-Kanak), diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun;
·
SD
(Sekolah Dasar), diperuntukkan bagi anak usia 7-12 tahun;
·
SLTP
(Sekolah Menengah Pertama), bagi anak usia 13-15 tahun;
·
SLTA
(Menengah Atas), bagi anak usia 15-18 tahun.
Pada
jenjang pendidikan usia dini sampai Taman Kanak-kanak bertujuan membentuk
pribadi anak untuk mengenal dirinya (who am I) yang selanjutnya disebut
Personal Skill, kemudian pada tingkatan Sekolah Dasar dan Menengah Pertama
bertujuan untuk membentuk pribadi yang mampu mengenal potensi.
Dan untuk menengah atas dan kejuruan seperti yang telah kita bahas diatas tadi.
Atas
dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan, maka sudah seharusnya penerapan
konsep fullday school memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut. Anak-anak
usia SD dan SMP adalah usia-usia dimana porsi bermain tentu lebih banyak dari
pada belajar. Jangan
sampai konsep fullday school merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa
dimana mereka harus belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang
tua, berinteraksi dengan sanak saudara dan handai tolan, serta berinteraksi
dengan lingkungan disekitar tampat tinggalnya.
Jangan sampai fullday school menjadikan meraka
tidak mengenal anak-anak sebayanya di sekitar rumahnya, jangan sampai manjadikan
anak tidak mengenal paman, bibi dan lain sebagainya disekitar keluarganya.
menjadikan anak senang menyendiri bersifat individualis dan susah
bersosialisasi. Ditambah lagi
dengan dijadikannya hari sabtu sebagai student day, dimana pada hari itu
dimaksudkan agar digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya
ekstrakurikuler, namun belum disiapkan bagaimana pengelolaannya. Tidak
diperhitungkan secara matang, ketersediaan program-program ekstrakurikuler,
ketersediaan pembina, pelatih, lahan dan lain sebagainya.
Akan
lebih salah lagi jika fullday school dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan latihan
mengerjakan soal-soal UNAS atau pembahasan soal-soal UNAS dengan tujuan agar
siswanya mendapatkan Nilai baik (Lulus) pada UNAS yang akan datang. Nilai UNAS
bukanlah merupakan tujuan pendidikan. Sudah tercantum dalam undang undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Jika
banyak orang tua memasukkan anak-anaknya ke sekolah full day, semata-mata
karena orang tua tidak memiliki waktu yang cukup mengawasi anak-anaknya karena
sibuk bekerja, fungsi sekolah tak lebih sekedar sebagai tempat penitipan anak.
Orang tua harus menyempurnakan konsep berfikirnya terhadap eksistensi full day
school. Ketika orang tua hanya menganggap full day school sebagai tempat
penitipan anak, orang tua tidak akan melakukan kajian mendalam terhadap
kualitas sekolah yang akan dijadikan tempat sekolah anak-anaknya. Padahal pasti
ada sekolah full day yang tidak didukung sarana yang cukup untuk menciptakan
sekolah yang menyenangkan, bahkan manajemen kurikulumnya digarap seadanya.
Sehingga
full day school kurang benar benar bermanfaat sesuai fungsi dan tujuan
dibentuknya sistem/kurikulum fullday school itu sendiri. Jadi sebagai orang tua
yang baik seharunya memikirkan kembali jika ingin memasukan anaknya ke sekolah
yang menggunakan konsep fullday school.
C.
Kelebihan
dan kekurangan fullday school
Kelebihan
·
Anak anak akan
mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah
dengan program reguler.
·
,orang
tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke
sekolah tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring
anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan
motivasi belajar yang tinggi)
·
Sistem Full Day School
memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.
·
Guru dituntut
lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.
·
meningkatkan
gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya
prestisius.
·
Orang tua akan
mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia
pulang dari kantor
Kekurangan
·
Siswa akan
cepat bosan dengan lingkungan sekolah
·
Lebih cepat
stress
·
Mengurangi
bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
·
Kurangnya waktu
bermain
·
anak-anak
akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama
keluarganya
D.
Upaya
Penerapan Sistem Fullday School
Oleh karena itu disarankan beberapa
upaya untuk membuat siswa menjadi lebih nyaman dalam sekolah yang menerapkan
sistem Full Day School, antara lain:
o
Menyusun materi pelajaran dikelas
yang bersahabat, yaitu yang tidak memaksa anak untuk hanya mendengarkan secara
pasif, namun ajak anak untuk terlibat dalam setiap prosesnya.
o
Mengkombinasikan berbagi pelajaran,
cara belajar serta waktu belajar dan istirahat yang berbeda untuk mengembangkan
semua jenis kecerdasan anak.
o
Mengatur posisi duduk anak secara
fleksibel.
o
Mengkombinasikan antara belajar di
kelas dengan belajar di luar kelas.
o
Mengenali anak sebagai pribadi dan
sebagai anggota kelompok
o
Mengatur jam istirahat tidak harus
dalam bentuk tidur siang , karena kebiasaan tidur siang menyebabkan penurunan
produktifitas pada usia kerja.
E.
Kerangka
pikir evaluasi
Konsep
fullday school memang kini menjadi tren dikalangan pendidikan, menurut
pengalaman saya sendiri yang pernah merasa menggunakan konsep fullday school
pada sistem pembelajaran saya rasa biasa – biasa saja. Dulu saya ingin masuk
sekolah itu karena saya rasa sekolahnya sangat keren, karena sekolah lain belum
menggunakan konsep tersebut, selain itu faktor orang tua juga sangat
berpengaruh didalamnya. saya setiap hari masuk jam 06.00 pagi dan pulang
sekolah jam 17.00 sore, dan semua pembelajaran dalam keadaan formal dimana anak
harus belajar dalam kelas seharian penuh, tetapi disekolah juga menggunakan
sistem moveing class yang dimana kita tidak mempunyai kelas yang tetap sehingga
kita harus pindah – pindah ruang sesuai jam plajaran yang diikuti setidaknya
bisa 15 menit untuk refresh sejenak J tapi jam pelajaran tersebut belum termasuk jam tambahan
yang diberikan oleh guru dan belum termasuk jam les yang dituntut oleh orangtua
saya. Jadi setiap hari senin sampai hari jum’at saya sampai dirumah jam
19.00 kemudian istirahat dan tidak
sempat mengulang pelajaran yang telah diajarkan disekolah tadi. Dan setiap hari
saptu saya mengikuti extrakurikuler ilmiah remaja dan pramuka yang dimulai jam
08.00 – 16.30.
setelah memasuki kelas 12 sekolah mengadakan jam
tambahan, jadi pulang dri sekolah jam 18.00 kemudian les intensif. Dan setelah
memasuki bangku kuliah saya merasa aneh karena jadwal kuliah yang tidak
menentu.. J
Jadi
menurut saya memang baik menggunakan sistem fullday school pada sekolah karena
dapat menarik para peserta didik dan selain itu guru dapat mengawasi secara
penuh perkembangan peserta didik dan orang tua jauh lebih merasa nyaman karena
anak mereka berada ditempat yang tepat dan kurikulum harus sesuai dengan porsi
yang tepat pula.
F.
Hipotesis
awal
Tlah banyak riset mengenai
kurukulum fullday school terkait dengan masih adanya pro kontra
soal konsep fullday. Yang kontra menyebut bahwa fullday school memenjara
siswa. Sedangkan yang pro lebih memandang bahwa siswa banyak mendapatkan
manfaat di sekolah berkonsep fullday, tentu dengan pembelajaran yang
menyenangkan.
Menurut beberapa teman saya mereka fine fine
saja dalam menjalani masa – masa program fullday school, karena sebelum
mereka memasuki sekolah tersebut mereka tlah mengetahui program dan kurikulum
yang digunakan dalam sekolah itu sehingga mereka tidak “kaget” dengan kurikulum
yang digunakan. Selain itu guru berpengaruh besar terhadap kesuksesan sekolah
yang menggunakan konsep fullday school, adanya variasi misal ; adanya
bercandaan sehingga siswa tidak tegang, media pembelajaran yang digunakan itu
menarik, dan menggunakan kuis – kuis atau game –game juga akan mendorong
semangat peserta didik dalam mengikoti proses belajar, sehingga tidak mengantuk
maupun bosan dengan suasana kelas yang biasa – biasa saja atau lebih sering
disebut monoton.
Selain
itu menurut beberapa orang tua selama anak mereka senang tidak terbebani dengan
sistem fullday school mereka juga fine – fine saja, tetapi jika ditemukan indikasi
anak pulang sekolah dengan keadaan lemas, capek,loyo,lesu, raut muka sedih
setelah pulang sekolah mungkin merupakan beberapa ciri yang perlu diwaspadai. Sebagai orang tua harus cepat tanggap
mengapa anaknya pulang sekolah dalam keadaan seperti itu.
Dengan melalui pendekatan – pendekatan sebagai orang tua yang baik. Karena pola asuh orangtua sangat berpengaruh
besar terhadap perkembangan anak, karena dalam pola pengasuhan itu ditanamkan
nilai yang diyakini dalam keluarga tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku seorang anak merupakan
cerminan dari bagaimana ia diperlakukan oleh orang-orang terdekatnya dirumah.
Perilaku ini dapat dikembangkan, dikuatkan, dikurangi, diubah bahkan
diperbaiki.